Presiden Indonesia yang Terlupakan
Catatan sejarah perjalanan bangsa Indonesia, seringkali dituliskan hanya tujuh orang Presiden Indonesia dan sembilan orang Wakil Presiden.
Adapun ketujuh presiden tersebut adalah Soekarno, Soeharto, Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarno Putri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo.
Namun, tidak banyak yang mengetahui bahwa Indonesia pernah punya dua presiden lagi yang kini kerap terlupakan.
Sjafruddin Prawiranegara
Pada saat pemerintahan Presiden Soekarno, Sjafruddin Prawiranegara bertugas sebagai Menteri Kemakmuran.
Ketika Agresi Militer II, terjadi penangkapan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta oleh Belanda, yang kemudian mereka diasingkan ke Pulau Bangka.
Dalam rangka mengantisipasi terjadinya perebutan kekuasaan, Sjafruddin Prawiranegara ditugaskan untuk membentuk Pemerintahan Darurat RI (PDRI) di Bukitinggi, Sumatera Barat.
Sjafruddin Prawiranegara segera mengadakan rapat guna menindaklanjuti kondisi pemerintahan RI yang memburuk.
Rapat tersebut menghasilkan sebuah keputusan untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).
Sjafruddin Prawiranegara ditunjuk sebagai ketua dan Teuku Moh. Hasan ditunjuk sebagai wakilnya., keduanya kemudian segera menyusun kabinet pemerintah darurat.
Pembentukan PDRI ini akhirnya berhasil mengamankan pemerintahan Indonesia, hingga pada tanggal 13 Juli 1949 Sjafruddin Prawiranegara mengembalikan mandat PDRI kepada Presiden Soekarno.
Mr. Assaat
Mr. Assaat dikenal dengan sebutan Datuk Mudo. Namanya memang jarang tercatat dalam jajaran Presiden Indonesia.
Meski demikian, tanpa peran dan perjuangannya, mungkin saja kemerdekaan Indonesia direbut kembali oleh Belanda, lantaran kekosongan kekuasaan pasca Agresi Militer II.
Berdasarkan konstitusi yang ada, apabila Presiden dan Wakil Presiden berhalangan dalam memimpin negara, maka semua tanggungjawab dipegang oleh BP KNIP (Badan Pekerja-Komite Nasional Indonesia Pusat), karenanya Mr. Assaat yang memegang mandat.
Selama menjalankan tugas, Mr. Assaat enggan dipanggil "Yang Mulia Paduka", justru ia hidup secara sederhana dan menjauhi kemewahan.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Mr. Assaat secara resmi mengembalikan jabatan presiden RI kepada Soekarno.
Usai menjalankan tugasnya, Mr. Assaat diangkat kembali menjadi Anggota Parlemen dan Menteri Dalam Negeri Kabinet Natsir.
Post a Comment for "Presiden Indonesia yang Terlupakan"
Post a Comment
Add your comment